Mengatasi Sembelit pada Bayi


Konstipasi, istilah medis sembelit,  atau susah buang air besar pada bayi merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan oleh para orangtua. Orangtua pun merasa cemas, takut dan panik dengan keadaan tersebut. Konstipasi adalah kesulitan buang air besar yang menetap lebih dari dua minggu serta telah menimbulkan gangguan seperti rasa tidak nyaman di anus, nyeri saat mengedan ataupun enkoporesis (keadaan dimana pengeluaran tinja sedikit-sedikit berbentuk cair akibat konstipasi yang telah berlangsung lama).
Pola buang air besar pada anak bervariasi, sangat bergantung pada umur, pola makanan, dan kebiasaan anak. Bayi yang baru lahir normalnya buang air besar empat sampai enam kali sehari pada minggu–minggu awal. Frekuensinya akan berkurang seiring bertambahnya usia, dimana setelah usia empat tahun sudah sama polanya dengan orang dewasa yaitu sekali sehari. Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, frekuensi buang air besarnya lebih sering dan konsistensi tinjanya lebih cair daripada bayi yang diberikan susu formula, hal ini karena ASI memiliki kadar laktosa yang tinggi dan prebiotik FOS (frukto-oligosakarida) dan GOS (galakto-oligosakarida) yang merupakan serat yang larut pada air yang dapat mencegah terjadinya konstipasi. 
Ada berbagai penyebab konstipasi pada bayi seperti kekurangan cairan tubuh, pengeluaran cairan yang berlebihan, pemberian obat-obatan tertentu, misalnya antibiotik, obat flu, atau obat-obatan lainnya yang memberi efek samping sembelit. Jika bayi sembelit terjadi satu minggu pertama kelahiran, harus dicurigai apakah ada kelainan anatomi bawaan sejak lahir, misalnya akibat tidak adanya saraf pada sebagian segmen usus (Hirschprung) yang mengakibatkan gerakan usus terganggu sehingga tinja akan tertahan pada segmen usus tersebut.
Akibat susah buang air besar, bayi menjadi rewel dan menangis karena kesakitan. Gejala lainnya seperti perut kembung, kadang disertai muntah, bila diraba perut bayi terasa keras. Akibat tinja yang keras, saat buang air besar terdapat darah segar pada bagian luar tinja, serta adanya nyeri di sekitar anus yang dikarenakan adanya luka pada anus. Bila bayi tampak tenang tidak rewel, bisa kentut, tidak ada kembung atau muntah, serta tidak ada panas badan, maka orangtua tidak perlu khawatir, dan tetap bersabar hingga bayi bisa buang air besar kembali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi sembelit / konstipasi pada bayi seperti :
  1. Perbanyak pemberian ASI dan air putih. Jika bayi mendapat susu formula, sebaiknya hentikan sementara pemberian susu formula atau ganti dengan susu formula nabati.
  2. Pijat bayi pada bagian perut secara lembut searah dengan jarum jam dengan menggunakan minyak telon baby oil. Lakukan pemijatan dari arah kanan bawah ke kanan atas dilanjutkan ke kiri atas ke kiri bawah.
  3. Gerakkan dengan lembut kaki bayi dengan gerakan seperti mengayuh sepeda untuk merangsang gerakan usus.
  4. Pada bayi diatas 6 bulan yang sudah diberikan makanan pendamping ASI, dapat mengalami konstipasi akibat kesulitan mencerna makanan padat, tindakan yang dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih lunak dari biasanya sehingga lebih mudah dicerna.
  5. Pada anak yang sudah mulai makan, berikan makanan mengandung tinggi karbohidrat yang tak dicerna (glukosa polimer), seperti sereal dan beras; tinggi serat (fiber), seperti, buah-buahan (sirsak, pepaya, jeruk, alpokat) dan sayuran hijau. Pisang sebaiknya tak diberikan selama mengalami sembelit karena mengandung bahan pektin yang dapat menyebabkan tinja lebih keras.
  6. Jangan sembarangan memberi obat pencahar pada bayi, konsultasikan tentang masalah konstipasi tersebut dengan dokter.




4 komentar: Leave Your Comments

More

Whats Hot